pink. Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Minggu, 20 Januari 2013

untuk syifa


Judul : Oppa, gomawo
Cast :
·         Syifa Adelia Putrie as Andrea
·         Lee Hyuk Jae as Eunhyuk
·         Park Jung Soo as Leeteuk seonsaengnim
·         Liu Xian Hua as Henry
Genre : Romance, friendship
Length : Oneshoot
Note : Ini hadiah untuk Syifaku tersayang, saengil cukkaeyo! Saranghae mmuacch mmuacch!!
Author POV
“Annyeong haseyo, Andrea imnida. Oreum yol-set sarimimnida. Mannaseo bangapseumnida.” Murid baru itu membungkukan badannya di depan kelas. Siswi-siswi disana memandanginya dengan bengis. Andrea terlalu cantik untuk masuk ke kelas itu.
“Andrea, kau berasal dari mana?” Tanya seorang siswa yang sepertinya tertarik pada Andrea. “Aku dari Indonesia, aku harus bersekolah disini karena aku sangat menyukai Korea. Aku bisa berbicara hangeul dengan baik.” Jawabnya.
“Wahh, keren!” Sahut siswa yang lain. “Andrea, silahkan duduk di samping Lee Hyuk Jae.” Ucap guru tersebut. “Gomawo, Park Jung-Soo seonsaengnim.” Ucap Andrea pada gurunya itu.
Andrea duduk di samping Lee Hyuk Jae, siswa yang sedari tadi bertanya padanya. Siswa lainnya yang duduk di dekat Hyuk Jae merasa iri karena tidak bisa duduk bersama Andrea.
“Lee Hyuk Jae imnida.”Hyuk Jae memasang tangan untuk bersalaman dengan Andrea.
“Ah, Andrea imnida.” Andrea menjabat tangannya sekilas. Hyuk Jae kegirangan karena bisa memegang tangan Andrea.
“Panggil saja aku Eunhyuk. Semoga kita bisa cepat akrab.”
“Ne.”
Andrea POV
Lee Hyuk Jae, anak yang lucu. Dia terlihat seperti monyet, tapi sangat keren. Sepertinya anak ini senang berada di dekatku. Kurasa dia teman yang baik.
“Mian, disini ada ekskul apa saja?” Tanyaku sopan pada anak itu.
“Ah, kebetulan aku masuk ekskul dance, kau ikut dance saja!” Jawabnya.
Ih, dasar! Aku kan tidak bertanya dia ikut ekskul apa. Peduli apa aku dengannya. Lagipula aku tidak bisa menari sama sekali.
“Ada ekskul olah suara? Menyanyi?” Tanyaku lagi.
“Tentu saja ada! Kalau kau tidak mau masuk ekskul dance, gak apa-apa deh. Nanti aku antar ke ruang ekskul bernyanyi.” Jawabnya lengkap. Benarkan, dia ini anak yang baik. Aku akan menjadikannya teman pertamaku di Korea ini. Lagipula, yeoja disini menyeramkan sekali.
***
Wah! Ruangannya luas sekali, semua alat-alat menyanyi dan alat musik tertata rapi disini. Seperti sebuah ruangan teater, sepertinya aku salah masuk ruangan. “ Hyuk Jae, benar ini ruangannya?”
“Kalau tidak percaya, Tanya saja pada pelatihnya. Itu ada disana!” Eunhyuk menunjuk ke arah seorang namja tinggi berjaket merah yang sedang bermain biola.
Hhmm, aku tahu lagu ini. Dia bisa memainkannya dengan sangat baik, keren sekali! Suara dari biola itu keluar dengan sangat merdu. Kurasa aku tidak salah pilih sekolah.
“Henry hyung! Lau Henry hyung!” Panggil Hyung Jae pada namja itu. Oh, namanya Henry.
“Mwoya? Eunhyuk?” Tanya namja tampan itu. Omo! Tatapan matanya bisa membuatku meleleh seketika. Tadi, selama sedetik ia melihatku. Tubuhku jadi lemas begini.
“Ireumi mwoyeyo?” Tanya Henry padaku.
“Ah, Andrea imnida.” Aku menundukan kepala saat ia melihatku lagi. Aku tak sanggup menatapnya.
“Dia murid baru di kelasku. Sepertinya hanya dia muridmu kali ini.” Jelas Hyuk Jae pada Henry. Tanpa dijelaskan pun sepertinya Henry sudah tahu kalau aku murid baru.
“Kenapa hanya aku muridnya?” Tanyaku pada Hyuk Jae.
“Aku memegang ekskul ini untuk kelasmu, dan di kelasmu hanya kau yang memilih ekskul ini. Yang lainnya lebih suka dance, olahraga, ataupun drama. Jadi kau satu-satunya muridku tahun ini.” Henry menjawab pertanyaanku dengan jelas. Hingga aku tak perlu bertanya lagi.
Aku mengangkat kepalaku untuk menatapnya. Ia berjalan ke belakang untuk menaruh biolanya. “Kau sudah bisa latihan besok. Tiap hari latihan dimulai pukul 12.” Ucap Henry.
“Mwo? Setiap hari?” Tanyaku kaget.
“Ne, dan khusus di hari Minggu aku akan ke rumahmu untuk latihan di luar sekolah.” Jelasnya. Ini gila! Belajar setiap hari bisa merusak pita suaraku. Apalagi aku kan tinggal sendirian, nanti kalau dia di rumahku bagaimana?
Esoknya >>
Author POV
Andrea tertawa lepas bersama Eunhyuk di kelas, yang menyebabkannya harus dihukum dengan tangan di atas kepala. Ya, Leeteuk seonsaengnim menyuruh mereka untuk berlutut di depan kelas sambil mengangkat kedua tangan karena kelakuan mereka itu.
“Leeteuk seonsaengnim galak sekali sih!” Eunhyuk mencibir. Andrea hanya tertawa.
“Tapi dia itu sangat tampan dan muda.”
“Mwo?”
“Ya, kalau saja dia bukan guru aku akan menjadi pacarnya.” Jawab Andrea.
“Aku pikir hanya aku yang bisa menjadi pacarmu.” Eunhyuk bicara dengan suara datar. Sepertinya ada rasa kecewa dari suaranya itu.
“Kau mau aku traktir makan siang?” Ajak Andrea. Ia tak menyadari akan sesuatu yang terjadi dengan Eunhyuk.
Eunhyuk diam tak menjawab pertanyaannya. Ia menarik nafas panjang.  “Saranghae. Apakah kau tidak merasakan perasaanku?” Tanya Eunhyuk pada Andrea.
Andrea masih diam di tempatnya, kemudian ia memandang Eunhyuk yang masih menunggu jawaban. “Eunhyuk-ah, ini terlalu cepat.” Jawabnya singkat.
“Aku jatuh cinta pandangan pertama padamu.” Eunhyuk memegang wajah Andrea yang membuat keduanya melupakan hukuman mereka.
 “Mianhae Hyuk Jae, aku menyukaimu hanya sebagai teman. Tidak lebih. Kau satu-satunya orang yang kusukai di negeri ini.” Ucap Andrea pada Eunhyuk.
“Hanya teman?” Eunhyuk terluka. Andrea tak berani memandangnya, ia tak mau melihat temannya terluka karenanya.
“Ne, sekali lagi aku minta maaf. Kau terlalu baik untuk menjadi pacarku.”
“Ah, gwaenchana. Okay, kita lupakan saja soal tadi. Lupakan.” Ucap Hyuk Jae.
“Lupakan!”
***
“Annyeong Andrea-ah? Besok kita main lagi ya?” Eunhyuk melambaikan tangannya pada Andrea lalu menaiki sepedanya untuk pulang. Andrea membalasnya dengan senyuman dan lambaian tangan.
“Hey, sedang apa disini? Kenapa tidak ke tempat latihan?” Seseorang berkata pada Andrea. Andrea membalikan badannya dan melihat Henry di belakangnya.
“Henry oppa?” Tanya Andrea kaget.
“I ask you, what are you doing in here?” Henry mulai menggunakan bahasa inggris, yang membuat Andrea tak mengerti. Andrea memang benci bahasa inggris.
“Aku baru saja mentraktir Eunhyuk makan siang, lalu aku membelikannya es krim. Ini untukmu oppa.” Andrea memberikan es krim coklat cone yang bertabur kacang almond di atasnya.
“Kau tahu tidak? Es krim itu tidak baik untuk tenggorokanmu! Nanti suaramu jadi berdengung!” Henry membentak Andrea yang membuatnya tersentak.
Andrea membuang es krim itu ke bawah, kesal. “Aku kan hanya ingin membelikannya untukmu! Tidak bisakah kau melihat kebaikan orang lain?” Matanya mulai berkaca-kaca.
Henry memandangnya beberapa saat, dan menarik tangannya. “Aku bisa berjalan sendiri! Lepaskan aku!” Andrea ditarik oleh Henry yang terus berlari. “Pelan-pelan!”
Bruk!
Henry menghempaskan tubuh Andrea ke lantai yang dingin di ruang latihan. Setelah pintu terkunci, Henry menyiapkan suaranya.
“Ya! Murid baru! Sudah makan es krim, menangis, kau masih berani membentakku? Kau sendiri tidak bisa melihat kebaikan orang lain! Aku menolak es krimmu untuk pelajaran kepadamu! Kau harus serius! Kalau mau ikut ekskul ini, berlatih dengan benar, ikuti kata-kataku!!” Henry membentaknya habis-habisan. Membuat Andrea menghentikan tangisnya dan mulai mencerna kata-kata Henry.
“Aratchi !!”
“Ne, arasho!”
“Latihan kita mulai besok saja. Kalau sekarang pun, latihan pasti tidak bisa berjalan dengan baik. Besok jangan melanggar perintahku lagi.” Jelas Henry.
“Besok kan hari Minggu?” Tanya Andrea bingung.
“Kalau begitu, berikan aku alamat rumahmu!”
***
“Kita mulai dengan lagu lighters, kau tahu kan?” Henry mengambil biolanya dan bersiap memainkannya.
Andrea membenarkan duduknya karena merasa tidak nyaman berada di samping Henry. Kali ini hanya ada mereka berdua di ruangan itu. Andrea memang tinggal sendirian di Korea, dan Henrylah orang pertama yang masuk ke rumahnya.
“Hey, kau tahu lagunya tidak?” Tanya Henry lagi.
“Ah, aku tahu! Lagu yang kemarin kau mainkan dengan biolamu itukan?”
“Mulailah bernyanyi. Ikuti setiap irama.”
This one’s for you and me, living out our dreams
We’re all right where we should be
Lift my arms out wide I open my eyes
And now all I wanna see
Is a sky full of lighters
A sky full of lighters”
“Stop!” Henry menghentikan permainan biolanya. Andrea menunggu kata-kata Henry.
Kau tidak tahu teknik menyanyi. Menyanyi itu perlu teknik, menurutku pakai teknik yang biasa saja. Karena suaramu akan jadi enak di dengar. Tapi kalau pakai teknik tinggi, kau akan dapat pujian. Kalau pakai teknik mudah, orang akan meremehkanmu, kalah tidak pakai teknik tidak akan ada orang yang mau mendengarkan lagumu.” Jelas Henry.
“Bagaimana caranya, oppa?”
“Aduh! Kau ini payah sekali! Baiklah, kita mulai dari dasar. Do-Re-Mi-Fa-So-La-Si-Do.” Henry mempraktekannya dengan nada rendah.
Andrea mengulangnya dengan nada rendah, sedang, lalu tinggi. Ia mulai berlatih tentang teknik pengambilan nafas, teknik nada tinggi, dan teknik cengkok suara.
“Permulaan yang bagus. Hari ini aku puas denganmu.” Ucap Henry setelah sudah 2 jam berada di ruangan itu.
Andrea menundukan kepalanya, malu. Ia senang dapat pujian dari Henry. Ia pikir Henry hanya bisa marah-marah.
“Kau kenapa?” Tanya Henry pada Andrea.
“Kenapa apanya?”
“Wajahmu memerah, tapi jadi makin cantik. Benar-benar cantik.”
“Ih, oppa! Jangan coba-coba merayuku!”
Henry memegang kepala Andrea dan mendekatkannya dengan wajahnya. Ia memandanginya dalam, hingga iris mata. Hidung, bibir, garis wajah diperhatikannya baik-baik.
‘Cantik’ Umpat Henry dalam hati. Ia mulai merasakan ada suatu getaran di hatinya. Ia melihat Andrea lagi, dan ternyata Andrea telah menutup matanya. Seperti menunggu sesuatu.
“Kenapa kau menutup mata?” Tanya Henry. Andrea kaget dan langsung membuka matanya. Ia menutup wajahnya, malu.
“Aku malu oppa perhatikan begitu dalam. Aku menyembunyikan rasa malu dengan memejamkan mata!” Jawab Andrea membela diri. Henry tertawa melihat tingkah adik kelas dan muridnya ini.
“Oh iya, oppa kenal Jung Soo seonsaengnim?” Andrea mulai mengalihkan pembicaraan.
“Park Jung Soo? Leeteuk? Ah, dia kakak sepupuku. Memangnya kenapa?”
“Mwo? Kalian sepupu? Memangnya umur kalian berapa?”
“Aku 15, dan hyungku itu 21 tahun. Kenapa?”
“Berarti kalian masih sekolah?”
“Iyalah! Aku kan kakak kelasmu! Kau tidak tahu? Leeteuk hyung juga masih kuliah.”
Andrea mengangguk mengerti, namun di kepalanya ia masih merangkai urutan kata yang belum ia mengerti. Setelah melamun selama beberapa detik, kini ia benar-benar menegrti.
“Oppa tidak pulang?”
“Kau mengusirku? Kejam sekali! Kalau begitu, aku mau tidur disini saja!” Jawab Henry seenaknya.
“Tidur dimana?” Andrea mulai takut.
“Di sofa ini juga tidak apa-apa. Kau tidurlah di kamar. Aku tidak akan berbuat macam-macam.” Henry menyalakan tv dan menaikan kakinya seolah-olah itu adalah rumahnya.
“Ya sudah, oppa mau makan dulu?”
“Hhmm, buatkan aku ramen.”
***
Henry POV
Ah, kenyangnya aku setelah menghabiskan masakan Andrea. Aku merasa seperti suaminya saja. Tapi, wajahnya terlihat kesal ketika memberikan ramen padaku. Pasti ia sangat kesal karena sikapku yang kurang sopan. Akukan hanya ingin mengetesnya.
“Andrea-a?”
“Ya! Andrea-a?”
Sepertinya ia sudah tidur, kasihan juga dia pasti lelah. Kalau begitu aku juga tidur. “Hooaamm!!”
***
“Aigo!” Sudah jam 7, aku terlambat sekolah. Cherigal! Kenapa bisa begini? Apakah Andrea juga masih tidur?
Aku mandi secepat mungkin dan keluar menuju mobil dengan masih memakai baju yang kemarin. Tenang saja, aku punya banyak baju seragam di lokerku. Tak masalah jika memakai baju ini juga. Semua bukuku pun ada di kelas.
Tok, tok, tok
Suara detukan kaca mobil. Andrea. “Mwoya?”
“Aku terlambat, izinkan aku menumpang!” Andrea masuk ke dalam mobil begitu saja. Aku pasrah dengan sikapnya ini. Huft!
“Bau!” Andrea menutupi hidungnya.
“Bau apa? Aku tidak menciumnya.” Jawabku. Aku berusaha melupakan kejadian tadi pagi.
“Kau ini jorok sekali! Bau seperti ini pun tidak bisa menciumnya!” Ia membentakku. Dasar!
“Memang kenapa?”
“Bajumu tidak ganti sejak kemarin, kau tidur dengan memakai kaos kaki yang sama dari kemarin, setelah makan kau tidak mencuci piring, dan kau tidur dengan mulut terbuka! Aku sampai sulit membangunkanmu!” Omelnya. Ternyata tadi pagi dia sudah membangunkanku.
“Ne, mianhae.”
***
Author POV
Andrea sampai di sekolah dan tidak terlambat. Hampir saja. “Kau hampir terlambat!” Sapa Eunhyuk sebelum Andrea duduk. “Mianhae. Henry oppa sangat menyebalkan!”
“Henry?” Tanya Eunhyuk. “Setelah Leeteuk, sekarang Henry? Kau menyukai kedua saudara sepupu itu?”
“Ah, aniya! Semalam Henry oppa melatihku hingga malam. Aku jadi bangun kesiangan.” Jelasku dengan sedikit kebohongan. “Lagi pula aku tidak menyukai Leeteuk seonsaengnim.”
“Tapi kau menyukai Henry?”
Andrea diam. Berfikir. Apakah ia menyukai Henry? Kalau ia jawab iya, dia tak akan berani. Tapi kalau dijawab tidak, sepertinya ia juga menyukai Henry yang tadi pagi sudah mengantarnya ke sekolah.
“Sulitkah untuk dijawab?” Tanya Eunhyuk lagi.
“Sepertinya, iya. Aku menyukainya.” Andrea menjawab jujur kali ini. Ia memandang Eunhyuk dengan tatapan polosnya. Eunhyuk terlihat kecewa namun sedetik kemudian ia tersenyum. “Kau bebas menyukai atau berpacaran dengan siapa saja, aku kan hanya temanmu!”
***
Latihan dimulai. Andrea sudah mulai menguasai segala teknik yang sulit, dan bisa mengontrol emosinya untuk meresapi lagu yang dibawakan.
“Suara indah yang keluar dari bibir indah.” Ucap Henry ketika Andrea telah selesai bernyanyi.
“Oppa?” Andrea merasa sesuatu bergejolak di hatinya.
“Andrea-a.” Henry mulai memandangnya lekat-lekat dan serius.
“Ne, oppa.” Jawab Andrea kaku.
“I love you so much, I can’t explain what I feel. But I know, if I can’t live without you. It’s because, I love you.” Jelas Henry dengan wajah serius.
“Me too, Henry oppa.” Kali ini Andrea mengerti semua ucapan Henry dan bisa menjawabnya dengan baik.
“So, would you be my girlfriend?”
“Yes.” Jawab Andrea yakin.
***
Eunhyuk POV
“Ya! Eunhyuk-ah! Kau tahu tidak? Andrea berpacaran dengan Henry hyung!” Donghae mengagetiku di pagi hari.
“Kau ini lucu sekali! Jangan bercanda di pagi hari!” Jawabku sambil memukul bahunya.
“Aku serius! Berita ini sudah menyebar luas! Mereka sudah berpacaran!”
“MWO!!”
Aku berlari ke luar kelas dan kutemukan Andrea yang baru akan masuk kelas. Tiba-tiba aku lupa akan sekelebat kata-kata di otakku dan emosi yang terpendam di dadaku. Aku ingat bahwa kemarin aku bilang untuk membebaskannya berpacaran dengan siapapun.
“Annyeong Andrea! Chukkaeyo!”
“Untuk apa?”
“Ah, pacar barumu itu! Henry hyung! Selamat ya!” Ucapku dengan penuh ekspresi kegembiraan palsu di wajahku. Memang tersiksa, namun aku harus merelakan Andrea agar dia bahagia. Menjadi temannya pun sudah cukup. Cintaku padanya akan menjadi cintaku pada temanku sendiri.
“Gomawo Eunhyuk-ah.”
Epilog
Author POV
Saengil, Saengil chukka hamnida. Chukkae. Chukkae Andrea-ah. Saranghanda nae Andrea. Saranghanda nae yeoja Syifa Andrea. Saranghanda.” Jemari-jemari indah Henry menekan piano yang menimbulkan bunyi indah dari piano. Namun suara yang keluar dari mulutnya terdengar lebih indah.
“Omo! Oppa! Jeongmal gomawo!” Andrea memeluk Henry. Henry tersenyum dan mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya. “Hadiah untukmu.”
Henry memasangkan kalung bentuk hati di leher Andrea. Andrea menangis bahagia karena mendapatkan banyak hal di hari ulang tahunnya ini.
Ia mendapatkan boneka siput dari Eunhyuk, kamus bahasa inggris dari Leeteuk seonsaengnim, dan kasih sayang dari Henry.
“Gomawo oppa.”
“Ne, Andrea-a”
THE END
Aku gak yakin ceritanya bagus apa enggak? Aku buat sebentar banget! Cuma sekitar 2 jam! Ini ngebut karena 2 hari lagi Syifa ulang tahun. Maaf yah Syifa kalo gak suka sama hadiah aku. Tapi, aku tetep seneng kok bisa kasih sesuatu ke kamu, biarpun kamu gak suka.
Syifa, saranghae ^^

Sabtu, 19 Januari 2013

My second ff


Judul : Annyeong Hyung
Author : Nursabila Furusawa @soosang_baby98
Cast :
1.       Lee Taemin as Lee Taemin
2.       Lee Jinki as Onew
3.       Kim Ki Bum as Key
4.       Choi Minho as Choi Minho
Genre : Horror, brothership
Rating : Semua umur
Note : Ini ff SHINee dan ff horror pertamaku. Aku gak yakin kalo serem. Tapi mohon bantuan dan dukungannya, please your RCL !! Okay, gomawo and happy reading!!
Onew POV
Memang, terkadang banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh manusia sendirian. Seperti sekarang ini, aku harus mengecat rumahku sendirian! Omo, pekerjaan gila yang tidak mungkin bisa kulakukan. Aku butuh bantuan!
“Key, datang ke rumah baruku sekarang!”
Klik
Kututup pesan singkatku. Ah, hanya tinggal menunggu, nanti juga dia akan datang dan mengerti maksudku untuk mengecat rumah besar ini. Hhmm, rumah ini memang terlalu besar untukku yang hanya tinggal sendirian. Tapi mau bagaimana lagi, appa sudah terlanjur membelikannya untukku. Lagi pula rumah ini cukup unik dan antik, banyak lukisan dan perabot yang jarang kutemukan.
Ting, Tong
“Masuklah Key!” Bentakku dari dalam. Aku duduk di sofa sambil menunggu pintu terbuka. “Key!” karena terlalu lama kubuka saja pintunya.
“Aneh sekali, dia sembunyi dimana? Sudah besar masih mau main-main denganku?” Tanyaku bingung pada diriku sendiri saat mengetahui tidak ada orang di sana.
Ah, mungkin hanya anak tetangga yang ingin mengganggu. Tenang Onew, appa bilang rumah ini aman.
“Annyeong hyung!” Ah, dia baru datang.
“Wasseo?”
“Ne, aku juga mengajak Taemin.”
“Masuklah!”
Taemin POV
Inikah rumah baru Onew hyung? Buruk sekali, banyak lukisan aneh, perabot lama, debu dimana-mana, dan lampunya pun sudah tidak begitu terang. Ini pertama kalinya aku masuk ke rumah baru Onew hyung, kalau tahu begini aku tidak akan ikut Key hyung.
Bssstt… Bssttssttsssss
“A..Ah!” Aku merasa ada yang meniup-niup leherku dan menyentuh pinggangku.
“Ada apa Taemin-ah?” Tanya Onew hyung yang mulai menyiapkan kuas untuk mengecat. Ternyata Key hyung disuruh untuk mengecat rumah? Michyeo! Tahu begini aku tidak akan ikut, pasti nanti aku yang akan mengerjakan semuanya!
“Aniya hyung, hanya saja aku merasa ada yang tidak beres.”
“Mwoya?” Tanya Key hyung yang sepertinya hanya ingin menunda pekerjaannya.
Aku melihat sekeliling. Rumah berlantai dua itu memang terlihat aneh. Seperti banyak aura negatif di rumah ini. “Apa hyung tidak merasa kalau banyak hal aneh di rumah ini?”
“Memang kenapa?” Tanya Onew hyung yang mulai khawatir.
“Banyak lukisan aneh dan patung-patung yang seakan-akan melihat kita. Mereka seperti menginginkan kita.”
Author POV
“Banyak lukisan aneh dan patung-patung yang seakan-akan melihat kita. Mereka seperti menginginkan kita.”
Onew langsung memperhatikan isi rumah itu. Deg! Lukisan-lukisan dan patung-patung itu seolah hidup. Key menggenggam tangan Onew yang ada di sampingnya. Ia mulai merasa takut.
“Kau tidak akan bisa merubah hidupku! Lebih baik biar aku yang mengakhiri hidupku!!!”
Suara teriakan seorang pria terdengar menggema di seluruh ruangan dan diakhiri dengan decitan keras yang entah berasal dari mana.
“Hyung, siapa itu?” Tanya Key pada Onew.
“Nan molla! Di rumah ini hanya ada kita. Bagaimana ini?” Onew mulai pucat.
“Aku kenal suara itu. Aku tahu dari mana asal suara itu.” Ucap Taemin datar.
Dengan tatapan kosong, Taemin menaiki anak tangga yang besar dan melingkar itu. Onew dan Key mengikuti di belakangnya seperti anak kecil yang meminta pertolongan. Seketika langkah mereka terhenti ketika menemukan sebuah pintu kayu tua yang berdebu.
Di lantai dua itu, hanya ada satu pintu yang berarti hanya ada satu ruangan. Hal ini membuat Onew bingung, karena lantai dua seharsnya juga cukup luas untuk beberapa ruangan besar.
Taemin membuka pintu coklat berdebu itu yang ternyata tidak terkunci. Ia masuk ke dalam sebuah ruangan besar yang berisi sebuah ranjang, dan sebuah lemari besar.
“Hyung, temani aku.” Ajak Taemin pada kedua hyungnya yang belum juga masuk ke dalam ruangan yang sepertinya bekas kamar itu.
“Taemin-ah, apa itu?” Onew menunjuk ke pojok ruangan. Taemin berjalan ke sana dan membuka sehelai kain yang menutupi sesuatu.
Deg!
Sebuah lukisan laki-laki seumuran mereka dengan kedua mata besarnya bersembunyi di balik kain itu. Taemin memperhatikan dengan jelas wajah pria itu. Hidungnya, pipinya, telinganya, bibirnya, matanya. Sepertinya Taemin benar-benar tahu siapa dia.
“Hyung, kau tidak mau berkenalan dengannya?” Tanya Taemin pada kedua hyungnya.
“Dia siapa?” Tanya Onew.
“Dia adalah pemilik suara yang tadi kalian dengar. Perkenalkan, namanya Choi Minho.”
“Kau kenal dia?” Key merasa tak yakin.
“Kakak kelasku. Yah, aku tahu dia. Anak paling populer di sekolahku dulu.” Jawab Taemin sambil mengingat-ingat.
“Lalu sekarang, dia dimana? Masih disini?” Tanya Onew sambil melihat ke belakang, takut akan sesuatu yang mungkin bisa membuatnya pingsan.
“Aku sendiri tidak pernah melihatnya lagi. Entah dia kemana. Kita lihat-lihat saja ruangan ini.” Taemin mengelus lukisan kakak kelasnya itu dan membuka lemari besar di depan ranjang putih yang diduduki Onew dan Key.
Brak!
Seperti suara sesuatu yang telah terjatuh, tetapi itu adalah suara lemari yang baru saja dibuka Taemin. Kayu yang sudah hampir lapuk, membuat lemari itu terlihat mengerikan.
“TAEMIN-AAAHHH !!!!!!!!!!!!”  Teriak Onew yang membuat Taemin melihat ke arah jari telunjuk Onew. Ada sebuah tangan di dekat wajah Taemin.
BRAAKK!!
Sebuah tubuh pria jatuh saat pintu sebelahnya lagi dibuka. Tubuh yang sudah membiru dan berbau busuk. Taemin menendang-nendang tubuh itu untuk memastikan pria itu telah mati.
“Kira-kira sudah mati sejak kemarin.” Ucap Key yang sudah berdiri dari duduknya.
Taemin membalik tubuh itu dan betapa kagetnya ia setelah mengetahui itu adalah tubuh Choi Minho.
“Choi Minho?” Ucap Key dan Onew bersamaan.
“Hey, tangannya berdarah! Pasti ia bunuh diri!” Onew berdiri di belakang Key.
Taemin memeriksa tangan Minho yang darahnya sudah mengering. Ia menghembuskan nafas berat. Seperti orang yang telah kehilangan. Ya, Taemin memang mengagumi choi Minho yang jago olahraga di sekolahnya. Ia sangat ingin menjadi sepertinya. Namun sekarang orang yang ia kagumi telah mati dengan menyedihkan.
“Coba baca ini. Buku diary.” Key mengambil sebuah buku di lemari bagian atas dan menyerahkannya kepada Taemin.
“20 November 2012, masih saja begini. Aku benci kehidupanku dan orang-orang yang merusak hidupku. Kenapa aku harus dilahirkan di keluarga gila ini? Aku benci sihir! Benar-benar benci. Tiap hari aku harus hidup dengan bayang-bayang arwah orang tuaku yang selalu menggangguku. Kenapa harus aku yang melanjutkan pekerjaan mereka sebagai penyihir? Aku benci tinggal disini. Aku benci orang tuaku yang masih saja menggangguku walaupun mereka sudah kubunuh dan kumakan jasadnya.” Taemin mengakhiri bacaannya dan menutupi mulutnya yang menganga karena kaget.
“Dia membunuh orang tuanya sendiri?” Tanya Onew.
“Dan memakan jasadnya?” lanjut Key.
“AAAAAAAAHHHHHHHHGGGGG!!!!!!!!!!” Teriak mereka bertiga.
Taemin memberikan buku harian itu pada Key. Key pun melanjutkan bacaan selanjutnya.
“21 November 2012, bayang-bayang itu masih belum hilang. Tumpukan buku sihir terus mengejarku setiap hari agar aku mempelajarinya. Lukisan-lukisan dan patung-patung di rumah ini terus saja memberitahuku untuk segera belajar sihir. Apakah mereka tidak tahu kalau aku ini manusia yang hanya ingin hidup normal? Aku dilahirkan dari ibu seorang penyihir dan ayah gilaku yang manusia tapi mau menikahi penyihir. Aku sudah tidak kuat lagi. Aku tidak bisa hidup dengan normal bila begini terus. Argh!” Key mengakhiri membacanya dan membuka halaman selanjutnya.
“Lengket.” Ucapnya saat membuka halaman yang terasa menempel itu.
Kau tidak akan bisa merubah hidupku! Lebih baik biar aku yang mengakhiri hidupku!!!
Tulisan yang terbentuk dari darah itu menjadi sulit dibaca karena halaman yang tadi menempel membuat tulisan itu menjadi sedikit terkelopek saat dibuka.
“Dia bunuh diri 21 November, berarti itu kemarin?” Tanya Onew.
“Menyedihkan.” Ucap Key sambil memandang jasad kaku Choi Minho yang sebenarnya sangat tampan itu.
“Dia memang terkenal tertutup dan jarang berbicara. Namun dia sangat populer di sekolah karena jago olahraga dan tampan.” Taemin mengelap air matanya yang menetes sedikit demi sedikit.
“Hyung, lebih baik kau tinggal bersamaku saja. Biarkan rumah ini kosong.” Usul Key.
“Jangan! Tolong jangan!” Sebuah suara menjawab ucapan Key yang entah dating dari mana.
“Suara siapa itu?” Tanya Onew. Taemin melihat ke arah lukisan tadi, dan benar saja lukisan itu hidup.
“Tolong jangan biarkan rumah ini ada, atau aku masih akan terus dikejar oleh bayangan orang tuaku. Bakar rumah ini! Jebal! Aku ingin hidup tenang di alamku ini. Alam manusia yang telah mati, bukan alam para penyihir ataupun para manusia yang menikah dengan penyihir.” Jelas choi Minho melalui lukisan itu.
“Hyung? Kajima!” Ucap Taemin sambil terus menangis.
“Ah, Taemin. Terima kasih sudah membantuku. Aku akan tetap disini, karena aku sudah tidak bisa kembali. Terima kasih untuk semuanya yang sudah menemukanku. Kupikir hidup disini lebih bahagia, ternyata masih belum bahagia jika rumah ini tidak dibakar. Cepat bakar rumah ini!”
“Lalu bagaimana dengan lukisan dan jasadmu?” Tanya Onew.
“Biarkan tubuhku disini. Karena tubuh asliku sudah berada dalam lukisan ini, dan di tubuh itu ada tubuh orang tuaku. Aku benci masih terus bersama mereka. Bakar saja lukisan ini di rumah Taemin. Annyeong.” Lukisan itu kembali menjadi biasa dan tak bersuara lagi.
Onew POV
Rumahku, rumah yang belum sempat kutempati kini sudah hangus terbakar. Huhu, aku harap appa bisa mengerti penjelasanku nanti. Sekarang tinggal membakar lukisan Choi Minho di rumah Taemin.
Key mengendarai mobil dengan cepat, mungkin ia takut, karena lukisan itu ada di sampingnya sekarang.
Author POV
Mereka bertiga sampai di halaman rumah Taemin dan sudah siap untuk membakar lukisan itu dengan korek dan minyak. Taemin mengelus lukisan itu untuk yang terakhir kali. Key menahan air matanya yang sebenarnya ingin terjatuh sejak tadi, ia sedih melihat Taemin yang menangis.
“Annyeong, Choi Minho hyung.”
Api telah menyala dan mulai melahap lukisan Choi Minho sedikit demi sedikit. Beberapa detik kemudian lukisan itu hangus dan berubah menjadi abu.
Taemin memasukan abu lukisan choi Minho itu ke dalam sebuah kotak dan ditutup rapat. Ia memeluk kotak itu dan menangis dalam pelukannya. Key dan Onew menyentuh pundak Taemin agar ia tenang.
“Tapi, kenapa Choi Minho minta lukisannya dibakar disini?” Tanya Onew.
“Mungkin kalau dibakar bersamaan, ia akan tetap bersatu dengan rumah itu dan kenangannya di rumah itu. Maka dari itu, ia ingin dibakar disini.” Jawab Key. Onew mengangguk paham.
“Tapi, kenapa harus di rumah Taemin?” Tanya Onew lagi.
“Molla. Hhmm, mungkin hanya Taemin yang ia kenal.” Jawab Key lagi. Kali ini Key mulai merasa bangga bisa menjawab semua pertanyaan hyungnya itu.
“Hyung, aku tidak terlalu mengenal dia. Tapi, kenapa hatiku sangat sakit?” Tanya Taemin.
“Karena kehilangan seseorang itu sangat menyakitkan.” Kali ini Onew yang bisa menjawab pertanyaan dengan cepat. Key memutar bola matanya karena kesal dengan hyungnya.
“Sudahlah Taemin-ah, semua baik-baik saja. Kami tinggal dulu ya?” Pamit Key. Onew dan Key pun meninggalkan Taemin di halaman luas itu sendirian.
Taemin POV
Di dalam ruangan sepi ini, bersama hyungku. Ah, hari yang terasa sangat panjang. Hyung, semua akan baik-baik saja. Aku harap kau bahagia disana.
Kupandangi kotak abu yang berada di atas meja samping tempat tidurku. “Hyung, berbahagialah. Besok, aku akan menerbangkanmu ke laut agar kau bebas. Hyung, saranghae.”
Lama kuperhatikan kotak itu, wajah Minho hyung terus berputar-putar di otakku. Minho hyung, aku beruntung tidak sepertimu. Aku bersyukur hidup sebagai Lee Taemin. Aku yakin di alam sana, kau akan jadi lebih hebat.
Author POV
Taemin tertidur dengan mata yang basah.Lalu, ia merasakan ada sebuah tubuh yang memeluknya dari belakang. Taemin memegang tangan tubuh itu. “Gomawoyo, Taemin-ah. Jeongmal gomawo.”
Taemin tersenyum dalam tidurnya dan, “Cheonmaneyo hyung.”

Template by:
Free Blog Templates

.rssBtn{background:#fb5a03;opacity:0.4} .rssBtn:before{font-family:"FontAwesome";content:"\f09e"}
Free Website templatesFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates